Sunday, April 24, 2011

Mengapresiasi Sebuah Pekerjaan

Beberapa hari belakangan ini saya memperhatikan beberapa pekerjaan orang-orang disekitar saya, termasuk teman-teman saya di dunia maya bin facebook ini. Dari yang saya perhatikan, saya menyadari bahwa di Indonesia masih belum banyak orang yang berani melakukan pekerjaan yang sesuai dengan passionnya. Agak-agak sotoy sih itu karena saya juga tidak punya data untuk mem-back-up itu, tapi sebagian besar teman-teman atau "teman-teman" saya (pakai " " karena termasuk di dalamnya adalah teman-teman orangtua saya, saudara saya, atau intinya orang-orang yang lebih tua dari saya) adalah pekerja di suatu perusahaan dalam bemacam-macam bentuk. Atau bahasa lebih mudahnya adalah karyawan swasta/orang kantoran. Saya rasa tidak ada yang salah dengan karyawan swasta, in fact ayah saya sendiri adalah karyawan swasta dan beliau cukup berhasil dalam karirnya.

Hal ini saya bandingkan dengan teman-teman masa sekolah dulu. Sedikit yang bekerja sebagai karyawan swasta kantoran layaknya kebanyakan dari lingkungan saya disini. Lebih banyak menjadi entrepeneur, reporter/journalist, penulis, artist (mencakup pelukis, penari, fashion designer, dkk), scientist, dan lain sebagainya. Bisa jadi karena mereka datang dari keluarga yang untuk ukuran orang Indonesia jauh diatas mampu. Tapi kenapa orang tua mereka berani merestui anak-anak ini untuk melakukan apa yang menjadi passionnya? Padahal mereka sendiri tau suatu hari nanti anak-anak mereka akan menjadi orang-orang yang independen dan tidak lagi mendapat suntikan dana dari orangtua. Saya kagum dengan teman saya yang menjadi seorang jurnalis dan pergi ke Mesir ketika terjadi kericuhan untuk menuliskan laporan untuk sebuah majalah; atau ketika ia ke Lebanon untuk mengamati hak kerja orang Palestina di Lebanon, dan banyak lainnya. Dia mencari pengalaman, mencari network, mengembangkan kemampuannya, melakukan yang disukainya, dan mencari uang. Saya kenal dengan orang tuanya, saya yakin mereka pasti men-support dan bangga akan perkembangan karir anaknya. Dan teman saya ini pasti memiliki banyak sekali cerita dan ilmu untuk dibagi karena dia melakukannya dengan hati (with a passion).

"Without work, all life goes rotten. But when work is soulless, life stifles and dies."
Albert Camus


Dengan berkembangnya dan majunya waktu, saya merasa di Indonesia masih juga belum banyak orang yang berani atau mungkin yang benar-benar "direstui" oleh orang tuanya untuk mengambil langkah ke arah yang dimana mereka bisa mengembangkan potensinya. Ya, mungkin karena di Indonesia masih banyak orang-orang yang merasa financially insecure dan pekerjaan-pekerjaan seperti yang teman-teman sekolah saya kerjakan masih belum cukup dipandang di komunitas kita yang akhirnya mendapat cibiran karena katanya "ga ada duitnya". Orang tua mana yang mau anaknya jadi pelukis?? atau menjalankan bisnis?? atau menjadi penulis saja?? Mungkin ketika anak itu bilang pekerjaannya adalah penari, yang mendengar akan bilang, "Oh..". Tapi kalau bilang, "Saya kerja di Bank XYZ di Sudirman," dan semua orang pun akan terpesona. Kerja keras? Iya, padahal keduanya membutuhkan kerja keras. Kenapa yang satu tidak terlalu dipandang? Pola pikir yang salah, mungkin.

Akhirnya orang-orang lebih bisa mengapresiasi mereka yang keluar masuk bangunan tinggi menggunakan kemeja, dasi, celana bahan, sepatu pantovel kulit, kalo perlu jas (ya kalau perempuan pake rok juga bisa) dibanding mereka yang bukan "orang kantoran". Kenapa? Saya juga kurang tau, mungkin karena orang kantoran terlihat lebih ganteng dan cantik dan pendapatan mereka terkesant lebih pasti, sekecil apapun itu. Bisa berkembang atau tidak itu urusan nanti atau mungkin juga "yaa.. derita lo" kalau tidak bisa.

"We work to become, not to acquire."
Elbert Hubbard


Seperti yang saya ceritakan tentang teman saya yang jurnalis itu, mungkin jika kita dapat melakukan pekerjaan yang sesuai dengan yang kita inginkan (dan bukan hanya berorientasi uang pastinya, walaupun uang itu saya tau penting) urusan dan masalah-masalah di luar sana, di komunitas kita, bisa sedikit diatasi. Kita bisa memiliki lebih banyak ilmu lagi dari sekarang karena akan lebih banyak cerita-cerita yang menarik dari banyak bidang di luar sana. Tidak kalah pentingnya, kita akan mulai meng-apresiasi mereka yang bekerja di bidang yang belum lazim di komunitas kita dan men-support mereka yang mau mengembangkan passion/talent-nya.

"Work is love made visible. And if you cannot work with love but only with distaste, it is better that you should leave your work and sit at the gate of the temple and take alms of those who work with joy."
Khalil Gibran


-Nurul

No comments:

Post a Comment